Jumat, 22 Juni 2012

Revitalisasi Keluarga Berencana(KB) untuk Mengentaskan Kemiskinan di Indonesia

Oleh:
Amelia Putri Kartikasari
Ilmu Administrasi Negara, UNY-2011



BAB I
PENDAHULUAN

Kemiskinan merupakan keadaan dimana terjadi kekurangan atau ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasarnya seperti pakaian, makanan, tempat berlindung dan air minum. Kemiskinan juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi kemiskinan itu sendiri. Berdasarkan kesepakatan Millenium Development Goals (MDGs) kemiskinan  merupakan hal utama yang harus diperhatikan dan diberantas setiap negara. Hal ini dikarenakan tingkat kemiskinan suatu negara akan berdampak pula terhadap kesehatan dan keamanan masyarakat. Begitu pula di Indonesia. Masalah kemiskinan telah mendapat perhatian serius dari pemerintah melalui digalakkannya berbagai program pengentasan kemiskinan.
Sebenarnya Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, namun demikian perekonomian Indonesia tergolong dalam kelompok negara miskin. Salah satu penyebab utama kemiskinan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang sangat besar dan tidak sebanding dengan peningkatan sumber daya manusia yang ada. Bahkan menurut hasil sensus terbaru pada tahun 2010 pertumbuhan Indonesia 5 tahun lebih cepat dari proyeksi BPS. proyeksi semula BPS pada tahun 2010 penduduk Indonesia berjumlah 234,2 juta jiwa sedangkan pada tahun 2015 penduduk Indonesia berjumlah 237,8 juta jiwa. Jika pada tahun 2010 jumlah penduduk telah mencapai 237,6 jiwa, maka sama hal nya jika pertumbuhan penduduk 5 tahun lebih cepat dari perkiraan.
Karena laju pertumbuhan penduduk begitu berpengaruh tehadap tingkat kemiskinan di Indonesia maka program revitalisasi Keluarga Berencan (KB) memiliki sumbangan yang besar dalam mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Hanya saja selama ini program yang membantu dalam menekan pertumbuhan penduduk ini kurang mendapatkan perhatian yang besar. Sebelumnya program KB memang terbilang  sukses dalam pelaksanaannya, namun seiring dengan jatuhnya orde baru. Pemerintah lebih memprioritaskan pada program-program yang dampaknya dapat dirasakan oleh masyarakat secara langsung seperti Bantuan Langsung Tunai, Raskin, dan pinjaman dengan bunga rendah. Padahal jika dikaji lebih lanjut, program-program semacam ini hanya memberikan efek yang bersifat sementara. Berbeda dengan program KB(keluarga berencana), dengan jumlah pertumbuhan yang stabil dan terkontrol maka dampak yang dirasakan pun lebih tahan lama.







BAB II
PEMBAHASAN

Kemiskinan merupakan keadaan dimana terjadi kekurangan atau ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasarnya seperti pakaian, makanan, tempat berlindung dan air minum. Kemiskinan juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi kemiskinan itu sendiri. Berdasarkan kesepakatan Millenium Development Goals (MDGs) kemiskinan  merupakan hal utama yang harus diperhatikan dan diberantas setiap negara. Hal ini dikarenakan tingkat kemiskinan suatu negara akan berdampak pula terhadap kesehatan dan keamanan masyarakat. Begitu pula di Indonesia. Masalah kemiskinan telah mendapat perhatian serius dari pemerintah melalui digalakkannya berbagai program pengentasan kemiskinan.

Kemiskinan di Indonesia
Untuk mengukur kemiskinan, dibutuhkan sebuah standar. Saat ini standar pengukur kemiskinan internasional yang berlaku saat ini adalah standar menurut WHO, yaitu seseorang dikatakan miskin apabila penghasilannya dalam sehari sejumlah 1US$ atau di bawahnya. Kemudian standar yang lebih tinggi adalah dari World Bank yaitu seseorang dikatakan miskin apabila dalam sehari berpenghasilan sebesar 2US$ atau kurang. Namun karena kemiskinan juga bersifat relative, maka Indonesia telah menentukan standar kemiskinannya sendiri yaitu standar yang lebih rendah, dimana seseorang disebut miskin apabila berpenghasilan Rp 7.000,00 atau kurang dalam satu hari.
Dari standar tersebut diperolehlah data di bawah ini:

Tabel Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin di Indonesia
Tahun 1998-2011

Tahun
Jumlah penduduk Miskin(juta orang)
Presentase Penduduk Miskin
Kota
Desa
Kota+Desa
Kota
desa
Kota+Desa
1
2
3
4
5
6
7
1998
17,60
31,90
49,50
21,92
25,72
24,23
1999
15,64
32,33
47,97
19,41
26,03
23,43
2000
12,30
26,40
38,70
14,60
22,38
19,14
2001
8,60
29,30
37,90
9,76
24,84
18,41
2002
13,30
25,10
38,40
14,46
21,10
18,20
2003
12,20
25,10
37,30
13,57
20,23
17,42
2004
11,40
24,80
36,10
12,13
20,11
16,66
2005
12,40
22,70
35,10
11,68
19,98
15,97
2006
14,49
24,81
39,30
13,47
21,81
17,75
2007
13,56
23,61
37,17
12,52
20,37
16,58
2008
12,77
22,19
34,96
11,65
18,93
15,42
2009
11,91
20,62
32,53
10,72
17,35
14,15
2010
11,10
19,93
31,02
9,87
16,56
13,33
2011
11,05
18,97
30,02
9,23
15,72
12,49

Dari standar kemiskinan yang rendah atau Rp 7.000,00 ternyata angka kemiskinan di Indonesia masih cukup tinggi. Jika standar yang dipakai adalah standar dari Bank Dunia atau 2US$ per hari maka presentase kemiskinan akan melonjak hingga 42%. Belum lagi Indonesia juga memiliki masalah yang cukup serius dengan laju pertumbuhan penduduk, Bahkan menurut hasil sensus terbaru pada tahun 2010 pertumbuhan Indonesia 5 tahun lebih cepat dari proyeksi BPS. Proyeksi semula BPS pada tahun 2010 penduduk Indonesia berjumlah 234,2 juta jiwa sedangkan pada tahun 2015 penduduk Indonesia berjumlah 237,8 juta jiwa. Jika pada tahun 2010 jumlah penduduk telah mencapai 237,6 jiwa, maka sama hal nya jika pertumbuhan penduduk 5 tahun lebih cepat dari perkiraan. Padahal laju perumbuhan penduduk sangat berpengaruh terhadap kemiskinan, kesejahteraan maupun keamanan di Indonesia.
Dengan pertumbuhan penduduk yang demikian pesatnya maka program pengentasan kemiskinan seperti Bantuan Langsung Tunai, Raskin, dan pinjaman dengan bunga rendah hanya akan memberikan efek yang bersifat sementara. Untuk itu lebih diperlukan program yang dapat membantu dalam hal menekan laju pertumbuhan penduduk seperti Keluarga Berencana(KB).
Program Keluarga Berencana(KB) adalah pemanfaatan kontrasepsi untuk mencegah, mengatur, dan merencanakan kehamilan sehingga dapat menentukan kapan dia siap untuk hamil, berapa jumlah anak yang dihasilkan serta jarak kehamilan masing-masing anak. Program KB telah berhasil menekan pertumbuahan penduduk dari 2,3%  pada periode 1971-1980 menjadi 1,4% pada periode 1990-2000. Sayangnya pasca orde baru program KB sempat memudar karena pemerintah setelahnya enggan menjalankan program ini karena dianggap sebagai program peninggalan orde baru. Namun dikarenakan pertumbuhan penduduk yang semakin mengkhawatirkan, setelah tahun 2005 program KB kembali dijalankan. Hal ini dikarenakan program KB memiliki kekuatan-kekuatan sebagai berikut:
1.      Dapat menganggulangi berbagai masalah kependudukan
Program KB dapat mengurangi serta menekan tingkat laju penduduk dengan merencanakan kapan suatu keluarga harus punya anak serta jarak kelahiran dari tiap anak-anak dari keluarga tersebut, sehingga mengurangi pengangguran, kemiskinan, perpindahan penduduk secara besar-besaran untuk tahun-tahun kedepan.
2.      Meningkatkan Sumber Daya Manusia
KB berperan aktif membantu keluarga agar dapat merancang serta merencanakan segala sesuatunya dengan lebih matang untuk keturunan-keturunan keluarga tersebut sehingga menghasilkan masyarakat yang lebih berkualitas dengan pendidikan tinggi dan daya intelektual yang mampu membantu perusahaan lokal tak kalah saing dengan perusahaan asing.
3.      Meningkatkan kesejahteraan keluarga
Dengan merencanakan kehamilan, jumlah dan jarak masing-masing anak  maka pasangan suami istri akan memiliki kesiapan yang lebih matang dalam mempersiapkan kelahiran, terutama dari segi ekonomi keluarga, sehingga ketika anak tersebut lahir tidak akan menjadi beban bagi keluarga. Selain itu  KB akan membangun sebuah keluarga kecil yang mandiri serta memiliki ketahanan yang tinggi sehingga keharmonisan dan kesejahteraan lebih terjaga. Dengan demikian pendidikan serta kesehatan keluarga juga lebih terjamin.

Hambatan-Hambatan Program KB
Pengembangan program KB mengalami kendala karena kurangnya dukungan dari masyarakat. Hal ini disebabkan karena masyarakat masih menganggap bahwa program KB bertentangan dengan ajaran masing-masing. KB dianggap sebagai pembunuhan dini pada bayi sehingga dianggap haram oleh sebagian orang. Selain itu kurang optimalnya pengembangan program KB dikarenakan adanya keluhan bahwa KB jenis IUD menimbulkan rasa sakit sehingga menimbulkan ketakutan dan tidak mau lagi menggunakan KB. Hambatan lain juga muncul dari segi ekonomi. Beberapa masyarakat tidak menggunakan alat kontrasepsi dikarenakan mengalami kesulitan biaya.
Dari sekian hambatan yang ada, sebenarnya masing masing terdapat jalan keluarnya. Yang pertama adalah dilakukan sosialisasi yang menyeluruh pada semua lapisan masyarakat. Mempengaruhi banyak orang memang tidaklah mudah, namun hal ini juga tidak mustahil terjadi bila pemerintah atau pihak tarkait memberikan pemahaman yang jelas akan manfaat dari KB. Kemudian masalah rasa sakit yang ditimbulkan dari KB, sebenarnya alat kontrasepsi yang tersedia tidak hanya pada jenis IUD, terdapat berbagai pilihan lain, misal penggunaan kondom maupun pil KB yang sama sekali tidak menimbulkan rasa sakit, Sehingga sosialisasi juga diperlukan dalam hal ini. Untuk masalah biaya, peran pemerintah sangat diperlukan disini, missal diberikan KB secara gratis kepada keluarga yang tidak mampu. 








BAB III
PENUTUP

Masalah kemiskinan merupakan masalah yang selalu mendapatkan perhatian besar di setiap Negara. Di Indonesia sendiri pengentasan kemiskinan merupakan agenda besar pemerintah yang sulit untuk diberantas. Berbagai program pengentasan kemiskinan telah dicanangkan namun angka kemiskinan di Indonesia masih tetap saja tinggi.
Salah satu penyebab kemiskinan di Indonesia adalah tingginya laju pertumbuhan penduduk yang semakin tahun semakin besar. Besarnya pengaruh jumlah penduduk dan kemiskinan di Indonesia maka program revitalisasi Keluarga Berencana(KB) memberikan sumbangan yang cukup besar dengan cara menekan jumlah pertumbuhan penduduk di Indonesia.
Sumbangan program KB terlihat dari keberhasilannya menekan pertumbuhan penduduk dari 2,3%  pada periode 1971-1980 menjadi 1,4% pada periode 1990-2000 meskipun program ini memudar ketika orde baru jatuh. Tetapi sejak tahun 2005 program KB kembali berjalan, apalagi dengan ledakan penduduk pada tahun 2010 program KB diharapkan mampu mengatasi permasalahan tersebut.
Namun pengembangan program KB mengalami beberapa kendala karena kurangnya dukungan dari masyarakat seperti anggapan bahwa KB haram maupun kurangnya pemahaman mengenai manfaat-manfaat dari program ini. Untuk itu dibutuhkan peran besar dari pemerintah dan pihak terkait dalam memberikan sosialisasi secara menyeluruh pada masyarakat serta memberikan fasilitas pada warga yang tidak mampu sehingga dapat tetap mengikuti program KB. Program revitalisasi KB sangat diperlukan dalam mewujudkan pertumbuhan penduduk yang stabil, peningkatan kesejahteraan keluarga, peningkatan kualitas SDM, mengurangi pengangguran serta memberikan dampak positif bagi pengentasan kemiskinan di Indonesia.







Daftar Pustaka






Tidak ada komentar:

Posting Komentar